TERUS BERJALAN SAMPAI UJUNG JALAN
Maria Monica Yosinayang
Hidup bagaikan sebuah jalan
Dengan beribu lorong di sisi-sisinya
Ada yang lebar, ada yang sempit
Ada yang gelap, dan ada yang terang
Tergantung kau pilih yang mana
Waktu itu
Dengan mantap kulangkahkan kakiku
Ke dalam sebuah lorong sempit dan gelap
Walau ada segumpal ketakutan dalam hati
Padahal di sebelah lorong itu ada banyak lorong lebar dan
terang
Ternyata
Aku tak sendiri
6 pasang kaki melangkahkan kaki bersamaku
Kami semua tegang
Dan tak ada yang berusaha menenangkan
Di perempat perjalanan
Seorang dari kami menghentikan langkahnya
Tiba-tiba ia berlari keluar dari lorong dan tak pernah kembali
Kami tertegun sejenak
Tapi semakin mengeratkan genggaman dan terus berjalan
Sepanjang perjalanan yang gelap itu
Penuh dengan ranjau
Seringkali kami harus berhenti
Untuk saling
mengobati luka karena ranjau tersebut
Lalu berdiri dan berjalan lagi
Kini tak lagi tegang
Kisah-kisah jenaka mengiringi langkah kami
Tingkah konyol kaki termuda memancing tawa
Namun kaki tertua kerap berjalan mundur
Kami setia menunggu karena yakin ia pasti kembali
Semakin jauh kami berjalan
Bukan hanya ranjau yang menyerbu kami
Serpihan kaca juga menghujani kami
Kita pasti kuat, jangan berhenti
Kataku walau aku sendiri merasa tak sanggup lagi
Tapi saat kami merenung
Kami sadar bahwa kami berjalan di tempat
Menyadari bahwa kami tak cukup giat berusaha
Dan ternyata langkah kami berbeda, kami tak saling
mengerti
Saat lelah mengelilingi
Dan jenuh menyelimuti
Kaki-kaki kita seakan ingin berlari keluar lorong
Sebenarnya bisa saja
Tapi kita bertahan dan melangkah lagi walau perlahan
Jangan pikirkan ujung perjalanan ini, kawan
Jangan juga menoleh
Atau berjalan mundur lagi
Apalagi berlari ke luar lorong ini
Tatap saja setitik cahaya di depan kita
Kemudian lari, lari, dan lari
Namun jangan sampai lepas dari genggaman
Ikuti setitik cahaya yang membesar dan cemerlang itu
Kuharap kita temukan surga disana
Pegang tanganku jangan pernah lepaskan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar